Kita adalah bersaudara di dunia dan akhirat dengan keyakinan, Lailahaillallah Muhammadurrasulullah,
19 Desember, 2019
KYAI TUAN GURU LONING kemiri kutoarjo ( RM. MANSYUR/ KH. MUHYIDIN ARROFINGI )
sejarah singkat KYAI TUAN GURU LONING kemiri kutoarjo ( RM. MANSYUR/ KH. MUHYIDIN ARROFINGI )
Raden Mas Sandeyo adalah bapak kandung tuan guru loning, yang kemudian terkenal sebagai Kyai Ageng Mlangi. Beliau adalah putera sulung dari Prabu Mangkurat Jowo (atau Mangkurat III) di Kartosuro. Sebagai seorang pangeran, belian harus banyak belajar mengenai pemerintahan, namun beliau juga senang belajar ilmu agama. Ketika beliau kembali ke keraton bersama para pengawal yang bernama Sanusi dan Tamisani, R.M. Sandeyo kemudian diangkat menjadi pangeran atau Nayoko Agung yang mewakili pemerintahan Kertosuro. Namun beliau lebih memilih untuk pergi bertapa mencari tempat untuk padepokan atau tempat untuk dijadikan pesantren. Dengan diiringi oleh kedua pengawalnya tadi, beliau bertapa untuk mendapatkan tempat yang benar-benar barokah. Ketika fajar mulai menyingsing, di waktu Dhuha, beliau menemukan hutan yang sekarang berada di sebelah tenggara Masjid Mlangi. Konon tempat tersebut ketika itu bersinar dan berbau harum. Oleh karena itu diberi nama desa Mlangi. Maka beliau berhenti berapa dan dengan dibantu oleh kedua pengawalnya mulai membabad hutan tersebut dan mendirikan pesantren yang sangat besar. Dan para pengawalnya ditempatkan di sebelah selatan Mlangi, di suatu desa yang di sebut desa Dukuh. Sebagai wangsa keraton, untuk kehidupan, beliau mendapat sawah yang luasnya sejauh suara bunyi bedug dan juga hasil-hasil dari Keraton. Kyai Ageng Mlangi juga bergelar Kyai Ageng Nurman, juga Kyai Ageng Nyabrangsepisanan. Menurut ceritera, ketika terjadi huruhara perpecahan antara Surokarto dan Ngayogyokarto (menurut sejarah perpecahan itu terjadi dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755), Kyai Ageng Nurman pergi ke Semarang, sebelum tersusul oleh musuhnya, beliau pergi menunaikan ibadah haji. Konon, beliau menggunakan kesaktian dengan melebarkan saputangan merahnya di laut untuk beliau naiki sebagi apal, kendaraan beliau untuk pergi dan kembali dari Mekkah. Kehebatan Kyai Ageng Mlangi itu membuat kagum banyak orang dari mancanegara. Banyak sekali para murid dari luar Jawa yang menuntut ilmu di psantren Kyai Ageng Mlangi.
Di antaranya adalah seorang gadis cina yang cantik dari negeri Campa, yang pada akhirnya dipersunting oleh sang Kyai dan menjadi ibu dari Kyai Guru Loning. Sesungguhnya Kyai Ageng Mlangi pernah menduduki tahta kerajaan dengan gelar Hamengku Buwono I di Ngayogyokarto. tetapi hanya sebentar sekali, karena keadaan negeri yang belum begitu aman dan juga karena beliau tidak setuju dengan dan menentang praktek hukum yang berlaku, seperti hukum pancung atau picis, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Setelah lengser, beliau kembali ke Mlangi. Namun beliau tetap membantu menjaga keselamatan negara, pada waktu terjadi perang Diponegoro, beliau juga mengerahkan para pemuda untuk bergerilya. Oleh karena itu beliau tetap mendapatkan jatah untuk hidup dari keraton sampai ke puteranya Kyai Haji Nawawi. Terakhir Kyai Ageng Mlangi menikahi seorang gadis Campa atau Cina yang telah lama mengabdi pada sang Kyai. Ketika Kyai Ageng Mlangi mangkat, puteri campa itu sedang mengandung enam bulan, oleh karena beliau tidak berkenan untuk menetap di Mlangi, beliau pergi meninggalkan Mlangi menuju ke arah barat laut sampai di desa Bedungus, Kemiri, purworejo dengan berjalan kaki. Ketika tiba di desa Ngapak, di sisi timur sungai Progo, beliau berbelok ke utara, atas petunjuk kandungannya (janin dalam kandungannya) dan ini dilakukan sampai tiga kali.
Kemudian, belau berjalan lurus ke barat melalui desa Kaligesing, sampai di desa Bedungus. Di sini beliau diterima oleh keluarga Kyai Sanusi, yang telah lama mengabdi dan menjadi murid Kyai Ageng Mlangi. Nyai Ageng Mlangi ini tinggal bersama keluarga Kyai Sanusi sampai melahirkan.
Beliau melahirkan seorang putera laki-laki yang tampan paras mulanya. Beliau memanggil para putera Kyai Ageng Mlangi yang lain untuk menyaksikan bayi yang baru dilahirkan itu. Oleh kakak-kakaknya bayi tersebut diberi nama Raden Mas Mansoer. Sejak kecil Raden Mas Mansoer bertempat tinggal di desa Bedngus dan belajar mengaji di hadapan Kyai Soleh Qulhu di daerah Payaman, Magelang. Dia merupakan santri yang pandai yang kemudian menjadi menantu Kyai Soleh Qulhu. Di samping itu, Raden Mas Mansoer juga sering mendapat bantuan dari Patih Dipodirdjo, Purworejo, sehingga beliau dapat menunaikan ibadah haji.
Beliau diambil menantu oleh Patih Dipodirdjo. Pada wkatu Raden Mas Mansoer mengaji di Demak, beliau dijadikan menantu oleh Pengulu Demak. Dari Pernikahan ini beliau mempunyai putera Raden Mas Haji Ngaburrochman. yang kemudian menjadi pengulu Demak. Raden Mas Mansoer juga memperdalam agama Islam di Aceh. Lama beliau berada di Aceh. Sepulang dari Aceh, beliau tetruko (berdiam dan membangun tempat tinggal) di Loning, warisan dari keraton yang berupa pada ilalang seluas k.l. 40 bahu atau sekitar 28.000 m2.
Kemudian dibantu oleh Glondong (setingkat dengan Kepala Desa atau lurah sekarang) Loning Dipomenggolo, beliau mendirikan pesantren berupa mesjid dan pondok untuk para santri yang datang dari luar daerah seperti Denak, Magelang, Kendal, Cirebon, Surabaya, Pacitan, Banten (Jawa Barat) dan lain sebagainya. Sehingga Raden Mas Mansoer yang bergelar Kyai Muchyidin Nurrofingi sejak itu dikenal sebagai Kyai Guru Loning. Sosok Kyai Guru Loning merupakan seorang ulama yang mahir dalam ilmu agama Islam, guru Kurro' dan hafal al Qur'an. Beliau adalah seorang Guru yang mempunyai sifat kasih sayang, seorang ulama ahli wirangi, tidak bersedia mengerjakan yang tidak sepantasnya, tidak menyukai bebauan apa yang disebut mingsri (bahasa Jawa), tidak mau makan makanan dari orang tidak bertaqwa. Beliau juga sering berpuasa dan banyak mengerjakan sholat sunnah, sehari semalam bisa mencapai 41 rekaat.
Beliau merupakan penyebar Agama Islam, dengan mesjid dan pondoknya di Loning, beliau mengajarkan selain beberapa kitab kuning, mengajarkan Al Qur'an dengan fasih dengan lagu Misriy, lagu Mukiyyi, Bashority. Raden Mas Mansoer mempunyai beberapa isteri :
1. Puteri Penghulu Demak, berputera: - RM Hj. Ngabdurrachman, yang kemudian menjadi Penghulu Demak
2. Puteri Ngalang-alang Ombo, berputera - R.A. Fatimah, suami Kyai Taslim (Tirip, Gebang, Purworejo) - R.A. Nyai Sangid (Djamilah) - R.M. Hj. Muhammad Nur, Pengulu Landrat, Purworejo - R.M. Kyai Busram, Loning
3. Puteri Patih Dipodirdjo berputera: - R.M. Mohamad Djen - Guru Qurro' Solotiyang - R.M. Kyai Machmud, Loning - R.A. Nyai Istad (Kyai Ngabdurrachman, Bedug) - R.M. Haji Soleh (Loning)
4. Puteri Lurah Kroya, berputera: - R.M. Chamid (Sucen, Tritir, Bayan, Purworejo)
5. Puteri Kyai Soleh Qulhu, berputera - R.M. Haji Ngabdullah Mahlan, yang menggantikan Kyai Guru Loning dalam Mengelola Masjid Loning) R.M. Haji Ngabdullah Mahlan, berputera: 1. R.M. Imam 2. R.M. Djupri 3. R.A. Kuroisyin 4. R.A. Sofiah menikah dengan : Hadiwinangoen 5. R.A. Muthoharatun menikah dengan : Sosrowardojo
6. R.M. Mohammad, mengelola Mesjid Loning
7. R.A. Machmoedah menikah dengan : Soerodikoesoemo 8. R.A. Istifaiyah
Riwayat mbah Kyai Guru Loning berkaitan erat dengan perjalanan sejarah bangsa dalam memperebutkan kemerdekaan, tepatnya pada masa perang Diponegoro.
Ide Perang Diponegoro sebetulnya adalah buah pemikiran dari Kyai Nur Iman Mlangi ( RM. Sandeyo ). Akan tetapi disebabkan Beliau sudah sepuh ( lanjut usia ) maka pelaksaan ide tersebut dipercayakan kepada muridnya yang juga terhitung cucu buyutnya yang bernama Abdul Hamid / RM. Antawirya, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Diponegoro. Selanjutnya pemimpin pergerakan melawan Belanda di lapangan adalah Diponegoro, sedangkan Kyai Nur Iman Mlangi bertindak sebagai Penasehat dan tokoh Belakang Layar. Perang tersebut berlangsung lama.
Saat Kyai Nur Iman wafat, salah seorang istri beliau yakni Putri Cina Keturunan Campa dalam keadaan hamil tua . Pada suatu ketika Putri Cina tersebut mendengar suara gaib yang sebenarnya adalah Ruh bayi yang kelak di lahirkannya. Suara itu menyuruh Putri untuk meninggalkan Mlangi. Suara gaib itu berkata " Ibu sak punika kula aturi pundah saking mriki. Monggo Ibu kula derekaken " ( Ibusekarang saya silahkan pindah dari sini, mari saya ikuti ).
Putri Campa akhirnya mengikuti suara tersebut dan meninggalkan Mlangi menuju ke arah Selatan melewati tepian pantai. Sesampainya di daerah Grabag, suara tersebut menuntunnya ke arah Utara hingga sampai di desa Kemiri. Dari Kemiri kembali Putri Campa di tuntun untuk berjalan ke arah Barat sampai di desaKroyo. Dari Kroyo, Putri Campa kemudian berjalan sampai di desa Bedungus sesuai dengan petunjuk suara gaib tersebut. Sesampainya di desa Bedungus suara itu berkata lagi “ Ibu pun cekap dumugi mriki kemawon, ibu lenggaha wonten dalemipun kaum Bedungus “( Ibu cukupsampai disini saja dan menetaplah di rumah kaum Bedungus ). Ternyata benar , setelah Kaum Bedungus tersebut melihat Putri Cina yang tengah hamil, ia menyuruh Putri tersebut untuk tinggal di rumahnya.
Putri Cina tinggal dan dirawat oleh Kaum Bedungus hingga melahirkan.
Saat bayi Putri tersebut telah lahir ( tahun 1799 masehi ), Putra - putra Kyai Nur Iman dari istri yang lain yang berada di Mlangi segera di undang untuk menjenguk bayi / adiknya tersebut di rumah Kaum Bedungus. Sesampainya di sana, mereka kemudian menamai bayi tersebut dengan nama RM. Mansyur.
RM. Mansyur dibesarkan di rumah Kaum Bedungus hingga dewasa. Setelah dewasa RM. Mansyur pergi menuntut ilmu di pesantren milik Kyai Soleh Qulhu Magelang, di Aceh serta di Mekah. Setelah kembali dari Mekah, RM. Mansyur berganti nama Muhyidin Arrofingi. Selanjutnya Muhyidin Arrofingi mendirikan masjid dan pondok pesantren di desa Loning kemiri kutoarjo, sehingga Beliau terkenal dengan sebutan Kyai Guru Loning. Beliau mengajarkan Al Quran dan Tafsir
Atas ketulusan Kaum Bedungus yang dengan ikhlas merawat Putri Cina dan RM. Mansyur ( anaknya ), akhirnya anak Kaum Bedungus yang bernama Kyai Zarkasihdiangkat menjadi keluarga Mlangi. Kyai Zarkasih kemudian berputra Kyai sidiq,sedangkan Kyai Sidiq berputra Kyai Nawawi Berjan. Kyai Nawawi Berjan berputra Kyai Khalwani Nawawi yang kini meneruskan perjuangan pendahulunya dalam menegakkan syiar Islam danmengasuh pondok pesantren Berjan Purworejo.
Kyai Guru Luning tidak kembali ke Mlangi akan tetapi Beliau tinggal di Loning kemiri kutoarjo hingga Akhir hayatnya pada usia 56 tahun pada bulan syawal 1855 masehi.Kyai Guru Loning ( RM. Mansyur Muhyidin Arrofingi ) dimakamkan di sebelah barat pengimaman masjid Loning. Peringatan Khoul Kyai Guru Loning juga rutin diadakan setiap tahun di masjid Loning, sedangkan Putri Cina (Ibu Kyai Guru Luning ) kemudian terkenal dengan sebutan Nyai Ngadiluwih yang makamnya terletak di desa Kemiri Purworejo. Alfatihah
Sumber :
KH. CHALWANI NAWAWI pengasuh ponpes Berjan Purworejo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar