Halaman

23 Juni, 2020

MAULANA HABIB LUTHFI BIN YAHYA: KISAH SEBUTIR NASI:


MAULANA HABIB LUTHFI BIN YAHYA:
KISAH SEBUTIR NASI

Dalam perjalanan mencari ilmu, Guru Mulia Maulana Habib Lutfi Bin Yahya-Pekalongan berjumpa dengan seorang Kiai Sepuh. Habib Luthfi muda terheran-heran ketika menyaksikan akhlak kiai sepuh yang luar biasa. Yakni, ketika dhahar (makan), ada butiran nasi yang terjatuh lalu dipungut dan dikembalikan ke piring untuk dimakan kembali.

"Kenapa harus diambil, Yai. Kan cuma nasi sebutir," ujar Habib Luthfi muda penasaran.

"Lho, jangan dilihat sebutir nasinya, Yik. Apa kamu bisa bikin nasi sebutir ini, bahkan seper seribu menir saja?"

Deg, terdiamlah Habib Luthfi muda. Kiai sepuh melanjutkan, "Ketahuilah, Yik. Pada saat kita makan nasi, sesungguhnya Gusti Allah telah menyatukan banyak sekali peran. Nasi itu namanya Sego Bin Beras Bin Gabah Al Pari. Mulai dari mencangkul, menggaru, meluku, menanam benih, memupuk, menjaga hama hingga memanen ada jasa banyak sekali orang. Kemudian mengolah gabah menjadi beras, dari beras menjadi nasi juga banyak sekali peran hamba Gusti Allah di sana."

"Ketika ada satu butir nasi, atau menir sekalipun yang jatuh, ambillah. Jangan mentang-mentang kita masih banyak cadangan nasi. Itu bentuk dari takabur, dan Gusti Allah tidak suka dengan manusia yang takabur. Selama jatuh tidak kotor dan tidak membawa mudlorot bagi kesehatan kita, ambillah, satukanlah dengan nasi lainnya, sebagai bagian dari syukur kita".

Habib Luthfi muda pun menyimak lebih dalam. "Karena itulah ketika akan makan, diajarkan doa: Allahumma bariklana (Ya Allah semoga Engkau memberkati Kami). Bukan Allahumma barikli (Ya Allah semoga Engkau memberkatiKU), walaupun sedang makan sendirian."

"'Lana' itu maknanya untuk semuanya, mulai petani, pedagang, pengangkut, pemasak hingga penyaji semuanya termaktub dalam doa tersebut. Jadi doa tersebut, merupakan ucapan syukur serta mendoakan semua orang yang berperan dalam kehadiran nasi yang kita makan."

"Dan satu lagi, mengapa wong makan kok ada doa: waqina ‘adzaban nar (jagalah kami dari siksa Api neraka).
Apa hubungannya hubungannya kok makan dengan neraka?kan nggak nyambung.

Nggih Yai, kok bisa ya?
Tanya Habib luthfi muda penasaran,

Begini Yik, kita makan ini hanyalah wasilah.yang memberi kenyang itu.Gusti Allah. Kalau kita makan dan menganggap bahwa yang mengenyangkan kita adalah makanan yang kita makan,maka takutlah.itu akan menjatuhkan kita pada kemusyrikan. Dosa terbesar bagi orang yang beriman.

"Astagfirullahal Ad'him.." batin Habib luthfi muda ,tidak menyangka maknanya sampai sedalam itu.

"Bayangkan saja, Yik. Demikian juga jika kita makan dan minum.tapi tidak dijadikan hilang rasa lapar dan terhapus dahaga karena tidak dikehendaki Gusti Allah. Apa jadinya.?

Semoga Maulana Habib Luthfi Selalu Sehat.dan diberi Umur yang Barokah.Aamiin🤲

Kisah diambil dari Dawuh Habib Luthfi.
di Pekalongan.22 Januari 2017.

Semoga Bermanfaat.🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar