23 Juni, 2020

KH. ZAINI MUN'IM; KETIKA HARUS MEMILIH ANTARA ILMU DAN EMAS


KH. ZAINI MUN'IM; KETIKA HARUS MEMILIH ANTARA ILMU DAN EMAS

Setelah mondok di pesantren Tebuireng, Jombang kepada Hadhratus Syekh Hasyim Asy’ari, beliau berangkat ke Mekkah bersama keluarganya. Beliau mendalami lagi ilmu fiqih, ushul fiqh, hadis, tafsir, lughah, balaghah dan tasawuf, mengaji kepada beberapa syekh, diantaranya Syekh Umar Hamdani al-Maghribi, Syekh Alwi Al Maliki, Syekh Said al-Yamani, Syekh Umar Bayunid, Syekh Syarif bin Ghulam Makkah dan masyayikh lainnya.

Suatu saat, ketika mondok dan mengaji kepada Syekh Syarif Ghulam, guru tasawuf beliau, beliau tidak hanya sekedar menyerap ilmunya saja, tapi beliau juga menjadi khadam (abdi dalem) nya. Sebagaimana biasanya, suatu saat ketika beliau sedang mengisi air di kamar mandi sang guru dengan menimba air dari sumur ternyata embernya tidak berisi air, namun berisi segumpal emas. Oleh beliau emas itu tidak lantas diambilnya namun justru dikembalikan lagi ke dalam sumur.

Jawab beliau, “karena yg saya inginkan adalah ilmunya, bukan emas itu”.

Subhanallah, mungkin ini termasuk ujian dari guru beliau dan KH. Zaini bisa melewatinya dgn ketajaman hati dan pikiran yg Allah berikan pada beliau.

Dalam kisah di atas, KH. Zaini tidak hanya mengaji kepada gurunya tapi juga berkhidmah dan shuhbah kepada guru beliau, sebagaimana dalam suatu maqalah:

العلم بالتعلم والبركة بالخدمة

“Al-‘ilmu bitta’allum, wal barakah bil khidmah"

Ilmu diperoleh dgn belajar, sedangkan keberkahan diperoleh dgn ber-khidmah (mengabdi).”

Berkhidmah atau shuhbah dapat memperkuat hubungan murid dengan sang guru, ikhwan dgn Mursyidnya, dan mendapat keridhaan sang guru. Nah ketika sang murid mendapat keridhaan sang guru, maka itulah salah satu alamat dari tanda kesuksesan sang murid di masa depan.

Bahkan dalam dunia sufi posisi “khidmah” dan “shuhbah” ini sangat penting, karena di sinilah para murid akan mendapatkan asrar (rahasia), ilmu dan hikmah dgn cepat jika sang murid memang bersungguh2 dan senantiasa membersihkan hatinya.

Dikutip dari buku KH. Zaini Mun’im; Pengabdian dan Karya tulisnya, oleh: Maghfur Ramdhani (Ketua PK MATAN Universitas Nurul Jadid). 
https://jatman.or.id
JAMA'AH SARINYALA

KISAH PENDOSA YANG MENDAPAT SYAFA'AT BERKAT SHOLAWAT


KISAH PENDOSA YANG MENDAPAT 
SYAFA'AT BERKAT SHOLAWAT

Habib Umar bin Salim bin Hafidz:

Dikisahkan ada seseorang yang melakukan perjalanan dengan Ayahnya. dalam perjalanan tersebut Ayahnya sakit dan meninggal dunia diperjalanan.yang membuat si anak ini terkejut dari kematian Ayahnya. Bahwasanya wajah Ayahnya langsung berubah menjadi hitam kelam.

Maka si anak makin bertambah sedih atas musibah yang makin besar ini. Maka dia berpikir" seandainya aku minta bantuan kepada penduduk kampung yang ada di sekitar sini untuk mengurus jenazah Ayahku  tetapi aku malu meperlihatkan kepada mereka wajah Ayahku yang menjadi Hitam".

Dikarenakan stres yang mendera pikirannya diapun mengantuk dan tertidur ditempat itu.lantas diapun bermimpi dalam mimpinya dia melihat seseorang manusia yang demikian putih, indah dan Tampan.

Maka orang tersebut mendatangi jenazah Ayahnya yang sedang terbaring dan mengusap wajah Ayahnya dan berubah dari yang tadinya hitam kelam berubah menjadi bercahaya dalam mimpinya.

Maka si anak bertanya siapa gerangan engkau yang mana dengan berkat engkau Alloh Ta'ala mengangkat kesulitanku ini?

Maka dijawab"Aku adalah Nabimu Muhammad.

"Dahulu Ayahmu adalah orang yang banyak berbuat dosa dan kesalahan akan tetapi disamping itu dia banyak berSholawat kepadaku maka Aku simpan ini, dan Aku setelah mengetahui dia wafat Aku meminta Syafa'at kepada Alloh Swt dan Alloh Ta'ala mengijinkan Aku untuk menolong orang ini"

Maka ketika terbangun dia dapati wajah Ayahnya telah berubah menjadi putih.
dan sejak saat itu sianak selalu menyibukkan dirinya dengan berSholawat dan Salam terhadap Nabi Muhammad dalam setiap keadaan apapun.

Dia berjumpa didengar dan dilihat oleh sebagian para Sholihin yang berada di Mekkah.

Seorang Ulama Mekkah melihat dia, diapun bertanya" Aku selalu melihat engkau selalu setiap waktu setiap jalan baca Sholawat , ketika  Tawaf engkau sibuk dengan Sholawat,, apakah engkau tidak tahu apapun kecuali hanya Sholawat saja?, maka dikatan "sesungguhnya  Aku punya kisah tersendiri atas Sholawat  kepada Nabi Muhammad maka diapun menceritakan kisah sang Ayahnya ini.

(Terjemahan oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan)

Allohuma Sholi a'la Sayyidina Muhammad

Credit: Kalam Habaib

KEAJAIBAN SHOLAWAT DI ALAM BARZAKH


KEAJAIBAN SHOLAWAT DI ALAM BARZAKH

Dikisahkan oleh Syekh Syibli bahwa setelah salah seorang tetangganya wafat, ia bermimpi tentangnya, dan dalam mimpi itu ia bertanya kepada tetangganya itu: "Apa yang Allah perbuat terhadapmu?"

Ia menjawab: "Wahai Syekh! Kengerian-kengerian luar biasa yang aku saksikan di dalam Kubur dan aku dibuat sangat menderita karenanya. Aku sampai tidak bisa berkata-kata ketika kulihat Malaikat Munkar wa Nakir.

Aku berkata dalam diriku, "Aduhai celakanya aku! Apakah azab benar-benar telah menghampiriku?".

"Di dunia aku adalah seorang Muslim dan wafat dalam agama Islam, kemudian kedua malaikat itu memintaku menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan keras".

Tiba-tiba muncul seorang lelaki berwajah indah dan beraroma harum dan menempatkan dirinya di antara aku dan kedua Malaikat, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kedua Malaikat itu dan dengan cara terbaik.

Kemudian aku bertanya kepadanya, "Siapa engkau?" Semoga Allah merahmatimu".

Ia menjawab, "Aku adalah sholawat :

*۞اَللّٰهُـــــمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ وَعَلَی آلِ سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ۞*

"Allohumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad", yang engkau selalu baca untuk Muhammad dan Keluarga Muhammad".

*"Sesungguhnya aku diperintahkan dan diberi tanggung jawab untuk menolong dan menyelamatkanmu kapanpun engkau butuhkan dan dimanapun'."*

*Dari Al-Imam Abu Abdillah Ja'far ash-Shadiq Ra :*

Jika waktu telah memasuki Hari Kamis malam, maka para malaikat turun dari langit dengan membawa pena yang terbuat dari emas dan juga lembaran-lembaran yang terbuat dari perak.

Mulai Hari Kamis malam itu, hingga terbenamnya matahari di Hari Jum'at, para malaikat tersebut tidak menulis apapun diatas lembaran-lembaran yang terbuat dari perak dan bertintakan emas itu kecuali amalan bacaan shalawat kita kepada Baginda Rasulullah ﷺ.

*[Kitab : Al-Sholawat Miftah Hallil Musykilat, Ali Qazweini, hal : 96]*

*۞اَللّٰهُـــــمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ وَعَلَی آلِ سَيِّـــــدِنَا مُحَمَّـــــدٍ۞*

MAULANA HABIB LUTHFI BIN YAHYA: KISAH SEBUTIR NASI:


MAULANA HABIB LUTHFI BIN YAHYA:
KISAH SEBUTIR NASI

Dalam perjalanan mencari ilmu, Guru Mulia Maulana Habib Lutfi Bin Yahya-Pekalongan berjumpa dengan seorang Kiai Sepuh. Habib Luthfi muda terheran-heran ketika menyaksikan akhlak kiai sepuh yang luar biasa. Yakni, ketika dhahar (makan), ada butiran nasi yang terjatuh lalu dipungut dan dikembalikan ke piring untuk dimakan kembali.

"Kenapa harus diambil, Yai. Kan cuma nasi sebutir," ujar Habib Luthfi muda penasaran.

"Lho, jangan dilihat sebutir nasinya, Yik. Apa kamu bisa bikin nasi sebutir ini, bahkan seper seribu menir saja?"

Deg, terdiamlah Habib Luthfi muda. Kiai sepuh melanjutkan, "Ketahuilah, Yik. Pada saat kita makan nasi, sesungguhnya Gusti Allah telah menyatukan banyak sekali peran. Nasi itu namanya Sego Bin Beras Bin Gabah Al Pari. Mulai dari mencangkul, menggaru, meluku, menanam benih, memupuk, menjaga hama hingga memanen ada jasa banyak sekali orang. Kemudian mengolah gabah menjadi beras, dari beras menjadi nasi juga banyak sekali peran hamba Gusti Allah di sana."

"Ketika ada satu butir nasi, atau menir sekalipun yang jatuh, ambillah. Jangan mentang-mentang kita masih banyak cadangan nasi. Itu bentuk dari takabur, dan Gusti Allah tidak suka dengan manusia yang takabur. Selama jatuh tidak kotor dan tidak membawa mudlorot bagi kesehatan kita, ambillah, satukanlah dengan nasi lainnya, sebagai bagian dari syukur kita".

Habib Luthfi muda pun menyimak lebih dalam. "Karena itulah ketika akan makan, diajarkan doa: Allahumma bariklana (Ya Allah semoga Engkau memberkati Kami). Bukan Allahumma barikli (Ya Allah semoga Engkau memberkatiKU), walaupun sedang makan sendirian."

"'Lana' itu maknanya untuk semuanya, mulai petani, pedagang, pengangkut, pemasak hingga penyaji semuanya termaktub dalam doa tersebut. Jadi doa tersebut, merupakan ucapan syukur serta mendoakan semua orang yang berperan dalam kehadiran nasi yang kita makan."

"Dan satu lagi, mengapa wong makan kok ada doa: waqina ‘adzaban nar (jagalah kami dari siksa Api neraka).
Apa hubungannya hubungannya kok makan dengan neraka?kan nggak nyambung.

Nggih Yai, kok bisa ya?
Tanya Habib luthfi muda penasaran,

Begini Yik, kita makan ini hanyalah wasilah.yang memberi kenyang itu.Gusti Allah. Kalau kita makan dan menganggap bahwa yang mengenyangkan kita adalah makanan yang kita makan,maka takutlah.itu akan menjatuhkan kita pada kemusyrikan. Dosa terbesar bagi orang yang beriman.

"Astagfirullahal Ad'him.." batin Habib luthfi muda ,tidak menyangka maknanya sampai sedalam itu.

"Bayangkan saja, Yik. Demikian juga jika kita makan dan minum.tapi tidak dijadikan hilang rasa lapar dan terhapus dahaga karena tidak dikehendaki Gusti Allah. Apa jadinya.?

Semoga Maulana Habib Luthfi Selalu Sehat.dan diberi Umur yang Barokah.Aamiin🤲

Kisah diambil dari Dawuh Habib Luthfi.
di Pekalongan.22 Januari 2017.

Semoga Bermanfaat.🙏

Fadilah Shalawat Thibbil Qulub (Shalawat Syaikh Ahmad ad-Dardir)

Fadilah Shalawat Thibbil Qulub (Shalawat Syaikh Ahmad ad-Dardir)

Ijazahan Qubro Sholawat Thibbiil Qulub/Sholawat Syifa dari Sayyid Muhammad Alwy Al-Maliki Makkah, Al-Habib Zen bin Ibrahim bin Smith Madinah Munawarrah, Al-Habib Umar bin Hafidz Tarim Hadlromaut Yaman, Al-Habib Qurasy bin Qosim Baharun, Al-Habib Miqdad bin Qosim Baharun, Al-Habib Muhammad Nizar Al-Athos, Al-Habib Muhammad Barakbah, Al-Habib Faisal Asseghaf, sy ijazahkan untuk para pecinta/Mahabbati Rosululloh, Sayyiduna Nabi Muhammad Saw.

Sholawat Tibbil Qulub/Syifa :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

ALLOOHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUBI WADAWAIHA, WA’AFIYATIL ABDANI WASYIFA’IHA, WA NURIL ABSHORI WADLIYAIHA, WA ‘ALA AALIHI WASHOHBIHI WA SALLIM

Ya Allah….curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya. Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.

Kesaksian dari para pengamal Sholawat Thibbil Qulub yang istiqomah Da’I Kondang Ustadz Yusuf Mansyar Tak seperti biasanya, Ustadz Yusuf Mansyur yang datang untuk mengisi pengajian atau memberikan ceramah agama, kali ini (07/01/14) beliau mampir di Pesantren Zainul Hasan Genggong dalam rangka menjadi imam Sholat Magrib di masjid Al-Barokah Pesantren Zainul Hasan. Beliau datang sekitar pukul 17.25. Selanjutnya solat Magrib dilaksanakan pada pukul 17.30.

Selesai sholat dan membaca sholawat Tibbil-Qulub beliau memberikan sambutan. Beliau menceritakan bahwa seorang santri harus merasakan keajaiban pesantren. Seorang santri tidak boleh merasa minder atau putus asa ketika suatu saat ia kehabisan bekal.

Suatu saat santri-santri kehabisan bekal, pegang itu wadah nasi. Bacakan sholawat bersama-sama. Saya jamin tetap kosong. ucapnya diikuti oleh tawa meriah semua santri dan warga sekitar yang ikut melaksanakan jama’ah Magrib di Masjid Al-Barokah.

Tapi jangan dilihat wadah nya, lihatlah apa yang akan terjadi. Setelah selesai membaca sholawat datang seseorang menawarkan nasi, itulah barokah sholawat yang akal tidak akan pernah sampai untuk merumuskannya, lanjutnya.

Beliau juga menceritakan bahwa suatu ketika ada seorang santri di PP. Darul Qur’an, yang ia asuh, mendapatkan musibah tertimpa pintu lemari sehingga menyebabkan batang tengkorak kepalanya putus. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa akan dilaksanakan operasi penyelamatan. Operasi tersebut dalam rangka menyelamatkan jiwa santri dengan konsekuensi kebutaan dan kelumpuhan seumur hidup.

Setelah mengetahui vonis yang diputuskan oleh dokter, seluruh santri bersama-sama menghatamkan Al-Qur’an dan membaca sholawat Thibbil-Qulub. Beberapa jam kemudian, santri tersebut, yang telah koma kurang lebih sehari, bisa mengikuti bacaan sholawat. Setelah membaca sholawat ia koma lagi.

Dokter yang memperkirakan ia akan lumpuh selamanya pun terkagum-kagum dengan perkembangan tersebut. Setelah beberapa hari, batang tengkorak kepala tersebut bisa diganti dengan batang tengkorak dari plastik. Alhamdulillah, sekarang santri tersebut sudah sembuh, bisa berjalan dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Jauh dari yang diperkirakan oleh dokter, Ini adalah khasiat atau mu’jizat sholawat Tibbil Qulub.
Cara pengamalan 3x setiap ba’da sholat fardlu.

1. Wasillah : Kepada Kanjeng Nabi Saw.
2. Kepada kanjeng Syaikh Abdul Qodir Jailani
3. Kepada shohibul Sholawat thibil qulub/pengarang sholawatnya Syaikh Ahmad ad-Dardir
4. Kepada Man ajazani : Sayyid Muhammad Alwy Al-Maliki Makkah Mukarramah, 
Al-Habib Zen bin Ibrahim bin Smith Madinah Munawarrah, 
Al-Habib Umar bin Hafidz Tarim Hadlromaut Yaman, 
Al-Habib Qurasy bin Qosim Baharun,
Al-Habib Miqdad bin Qosim Baharun, Al-Habib Muhammad Nizar Al-Athos, Al-Habib Muhammad Barakbah,
Al-Habib Faisal Asseghaf.

Jika saudara/saudari mau tau tentang faedah-faedah sholawat ini, buka kitab-kitab di bawah ini.

(Kitab Al-Asrar al-Rabbaniyyah Wa al-Fuyudh al-Rahmaniyyah Ala Shalawat al-Dardiriyyah Syaikh Ahmad Bin Muhammad al-Showi)

(Kitab Mafatih al-Sa’adat Fi al-shalawat Ala Sayyid al-Sadat Habib Abu Bakar Bin Abdullah al-Atthos)

(Kitab Saadah al-Darain Fi Shalat Ala sayyid al-kaunain Asy-Syaikh Yusuf Bin Ismail al-Nabhani)

JANGAN BERGANTUNG/MENGANDALKAN GELAR, NASAB, KETURUNAN SYARIFAH/SAYYID!.

JANGAN BERGANTUNG/MENGANDALKAN GELAR, NASAB, KETURUNAN SYARIFAH/SAYYID!

•Cara Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al Maliki mendidik putranya, Sayyid kecil.
"Suatu hari, Abuya Sayyid Muhammad bin 'Alawi Al Maliki Al Hasani pernah memarahi putranya yang bernama Sayyid 'Alawi bin Muhammad ketika hendak pamit berangkat sekolah SD (perumpamaan tingkatan sekolah di Indonesia) dengan membawa buku tulis.
.
Abuya Sayyid Muhammad melihat buku tulis yang dibawa oleh Sayyid 'Alawi kecil, Kemudian menatap tulisan yang terpampang di sampul buku tulis tersebut. "Ass Sayyid 'Alawi", Demikian bunyi tulisannya. Abuya langsung mencoret lafadz "Ass Sayyid" seraya berkata, "Jangan gunakan gelar Sayyid sekarang, Nanti saja kalau kamu sudah mengajar dan berdakwah!".
.
Usai (sesudah) mencoret, Abuya bergegas menelpon salah satu guru yang mengajar di sekolah Sayyid 'Alawi (guru tersebut masih santrinya Abuya) begitu telpon diangkat Abuya langsung menasehati guru itu, "Mulai sekarang kamu jangan memanggil 'Alawi dengan Sayyid, Panggil saja 'Alawi, Biar dia belajar dulu karena belum waktunya memakai gelar Sayyid. Kamu lihat si Fulan bin Fulan (Abuya menyinggung seseorang anak Ulama besar yang ketika itu kurang beradab akibat sejak kecilnya diagung-agungkan oleh santri-santri ayahnya sehingga ia tidak pernah mengalami khidmah dan menjadi sombong)".
.
Demikianlah, Salah satu cara Abuya mendidik putra-putranya agar belajar mandiri (berdikari) dan tidak mengandalkan (bergantung) kepada orang tua, Termasuk mengandalkan nasab dalam hal apapun. Lalu, Bagaimana dengan seseorang yang menggelari dirinya sendiri dengan sebutan Habib (ulama dari kalangan Sayyid!?)".
.
(Muhaddist Haramain Al Imam Sayyid Muhammad bin 'Alawi bin 'Abbas Al Maliki Al Idris Al Hasani).
#DakwahWarosatulAnbiya.