21 Desember, 2019

Biografi Syaikh Hasan Ma’sum


Biografi Syaikh Hasan Ma’sum

Syaikh Hasan Ma’shum ini lahir di Labuhan Deli, Sumatera Utara pada tahun 1300H/1882M, Syekh Hasan Ma'sum merupakan sufi dari Tarekat Naqsyabandiyah, meskipun ada klaim bahwa ia juga menganut Tarekat Khalwatiyah. Sebagai sufi tidak membuat Syekh Hasan pasif terhadap kehidupan sosial, bahkan politik. Dalam bidang sosial, ia mendedikasikan diri kepada organisasi Al Jam'iyatul Washliyah dan Al Ittihadiyah sebagai dua organisasi kaum tua yang sangat patuh terhadap fikih Syafi'iyah. Syekh Hasan menilai bahwa Islam akan dapat dikembangkan oleh umat Islam melalui lembaga-lembaga keagamaan secara kolektif.

Syekh Hasan Ma'sum yang merupakan teman sejawat Syekh Muhammad Zain Nuruddin Batu Bara di Makkah, Ulama besar Nusantara asal Batubara, Sumatera Utara, salah seorang murid Syekh Mukhtar ibn Atharid al-Bughuri. Selain itu, adapula sahabatnya yang lain bernama Syekh Abdul Hamid bin Mahmud Asahan, Syekh Hasan Ma'sum dan Syekh Abdul Hamid Mahmud Asahan keduanya adalah murid dari Syekh Ahmad al-Fathani.

Sedangkan dalam bidang politik, ia menerima tawaran Sultan Kesultanan Deli untuk menjabat sebagai mufti Kesultanan. Sosoknya dikenal sebagai seorang yang berilmu pengetahuan luas, mengajar di madrasah kesultanan, karier dan reputasinya kian cemerlang, hingga akhirnya Sultan Deli saat itu, Sri Sultan Ma’moen al-Rasyid Perkasa Alamsyah (memerintah 1879-1924 M), melantiknya sebagai mufti dan qadhi Kesultanan Deli. Pada awalnya, ia menolak dengan sejumlah alasan, namun akhirnya ia menerima amanah itu, sejak saat itulah ia mendapat gelar Imam Paduka Tuan. Ia juga mengajar di Masjid Raya, Masjid Kesultanan Deli.

Silsilah

Ayah dan Datuk Syekh Hasan hingga beberapa lapis ke atas semuanya adalah Ulama. Mereka berasal dari Pasai (Aceh) sebelum berpindah ke Deli. Sang ayah, yaitu Syekh Ma’shum ibn Abi Bakar Deli, tercatat sebagai Ulama besar Kesultanan Deli pada masanya yang mengajar di madrasah kesultanan tersebut, dan juga seorang guru yang terkenal ketika itu sebagai ahli tasawuf,
bahkan merupakan seorang hartawan yang berpangkat
Syahbandar bergelar Datuk.

Guru beliau

1.Syekh Muhammad Ma'shum bin Abi Bakar ad-Dali
2.Mr. Henry
3.Syekh Abdul Salam Kampar
4.Syekh Ahmad Khayyat
5.Syekh Ahmad Khatib Minangkabau
6.Syekh Muhammad Amin Ridwan al-Madani
7.Syekh Abdul Qadir bin Shabir al-Mandaili
8.Syekh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki
9.Syekh Abdul Hamid Kudus
10.Syekh Saleh Bafadhal
11.Syekh Utsmân Tanjung Pura
12.Syekh Sa‘id al-Yamani
13.Syekh Abdul Karîm ad-Dagestani

Murid beliau

1.Syekh Muhammad Yunus
2.Syekh Muhammad Baharuddin Thalib Lubis
3.Syekh Muhammad Arsyad Thalib Lubis
4.Haji Abdurrahman Syihab
5.Haji Ilyas
6.Syekh Zainal Arifin Abbas
7.Haji Mahmud Abu Bakar
8.K.H. Shaleh
9.Abdul Malik
10.Ustaz Adnan Lubis
11.Ustaz Muhammad Yusuf Ahmad Lubis
12.Ustaz Muhammad Arifin Isa
13.Ustaz Bahrun Saleh Nasution
14.Ustaz Bahrum Ahmad
15.Zakaria Abdul Wahab
16.Ali Usman
17.Muhammad Yusuf
18.Abdul Rauf
19.Suhailuddin
20.Kudin

Ketokohan dan pengaruh beliau

1 Ulama Kesultanan Deli
2 Pengajar Masjidil Haram
3 Mufti Mazhab Syafi'i Kesultanan Deli
4 Mufti & Qadhi Kesultanan Deli
5 Imam & Pengajar Masjid Sri Sultan Ma’moen al-Rasyid Perkasa Alamsyah
6 Pendiri Madrasah Hasaniyah
7 Penasihat Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah
8 Ketua Majelis Fatawa Al Jam’iyatul Washliyah
9 Penasihat Badan Chazanatul Islahijah Al Jam'iyatul Washliyah
10 Penasihat Pengurus Besar Al-Ittihadiyah
11 Ahli Ilmu Ilmu Falak, Hisab, fikiq dan tasawuf

Karya-karya Tulisnya:

1.      Kutufatussaniyah : Berbicara Tentang Talaffus dengan niat.

2.      Samirussahibyan : Berbicara Tentang Fiqih.

3.      Tazkirul Muriddin : Bahagian Tasawuf.

4.      Dhararul Bhayan : Menerangkan Tauhid.

5.      Fathul wudud : Menyatakan salah keadan niat.

6.      Tankihuz zunun : Berbicara masalah maimun.

7.      Targhibul mustakim : Berbicara mendirikan Jum’at

8.      Isfa’aful Muridin : Berbicara Rabithah.

9.      Maqalatun Nafiyah : Berbicara Kabliyah Jum’at.

10.  Sarimul Mumayyiz : Berbicara takliq dan Ijtihat.

11.  Ittihaful Ikhwan : Berbicara Kaipiyat Yassin, Mumfariyah, Ratib hadad, Doa.

12.  Jadwal Buat Mengetahui Waktu.

13.  Natiyah Abadiyah : untuk mengetahui awal waktu dan lain-lain.

14.  Durrul –Muhazzab : Berbicara Rubu’ Mudyaijab dalam bahasa Arab.

15.  Nubzatul- Lukluiyah : Menerangkan Rabithah, dengan bahasa Arab.

16.  Sullamus –Salikin : Bacaan wirid

17.  Kaifiat dan Salsilah Talkin Zikir : ( Khusus).

Wafat

Kendati telah menjadi ulama terkemuka, Syekh Hasan tidak pernah menghentikan kegiatan akademik, mengajar dan belajar.
Dengan berbagai kesibukan, ia terus mengajar umat Islam secara formal maupun non-formal, terutama di Madrasah Hasaniyah dan Masjid Raya al-Mashun, terutama dalam bidang fikih dengan menggunakan kitab-kitab standar dalam Mazhab Syafi'i. Ia juga tidak pernah puas mendalami ilmu-ilmu agama, meskipun telah menduduki jabatan tertinggi dalam bidang keagamaan, selalu membaca kitab dan mendiskusikan masalah-masalah agama sampai menjelang subuh, dan akhirnya tradisi akademik tersebut membuatnya jatuh sakit selama enam bulan.

Syekh Hasan Ma’shum Deli terus berkhidmah sebagai pengajar sekaligus mufti Kesultanan Deli hingga wafat, di Medan, pada usia kurang lebih 53 tahun,menurut perhitungan tahun masehi, yakni pada hari Kamis, 24 Syawal 1355 H/7 Januari 1937 M,setelah berbulan-bulan menderita penyakit,dan dimakamkan di perkuburan Masjid Raya al-Mashun, tidak jauh dari Istana Kesultanan Deli. Menurut dokter, kebiasaan membaca sampai menjelang subuh membuat urat yang menghubungkan ke otaknya tertutup. Wafatnya Syekh Hasan Ma'shum, bukan saja dirasakan pilu oleh keluarga, murid-muridnya. Begitu juga oleh Al Jamiyyatul Al Washliyah bahkan seluruh ummat Islam di Indonesia dan di luar Indonesia.

Meskipun telah menjadi ulama besar dan menduduki jabatan keagamaan terpenting, Syekh Hasan tetap terus menggali ilmu, menulis banyak karya akademik, serta menjadikan keheningan malam sebagai waktu terbaik untuk menelaah kitab-kitab agama dan menyelesaikan persoalan-persoalan akidah dan hukum Islam. Usia tua, pangkat, dan jabatan tidak membuat Syekh Hasan menjadi lalai mengkaji ilmu dan menulis karya akademik bermutu. Alfatihah

Sumber:
* ^ Rozali 2017, hlm. 279, dengan merujuk kepada Institut Agama Islam Negeri al-Jamiah Sumatra Utara 1975, hlm. 7, dalam Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka di Sumatra Utara (Medan: Islamyah, 1975)
* Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2010) ; dikutip dalam Ja'far 2015, hlm. 273 .
* Biografi Intelektual Ulama-Ulama Al Washliyah (Medan: Centre for Al Washliyah Studies, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar